1. Perkembangan Bahasa Versi Stern
Stern mencoba menying kap sejarah perkembangan bahasa selama 1880-1990an, perkembangan tersebut dibagi dalam empat periode: (i) 1880 sampai masa Perang Dunia I, (ii) Perang Dunia I sampai 1940, (iii) Perang Dunia II sampai 1970, (iv) 1970-1980an. Menurut Stern pada masa itu adalah masa pengajaran bahasa yang yang di kuasai oleh metode “terjemahan tata bahasa”, dan bahasa yang dipelajari adalah bahasa klasik.
Periode I (1880- Perang Dunia I)di tandai dengan suatu usaha untuk mendobrak dominasi bahasa klasik. Gerakan ini memperjuangkan persamaan hak bagi bahasa-bahasa modern yang di angap ledih rendah. Periode II (Perang Dunia I-1940) mendesak pentingnya usaha saling memahami antar bangsa, lalu merebaklah pengajaran bahasa asing di sekolah dan universitas. Tokoh-tokoh yang terkenal pasa masa ini adalah Harold E.Palmer, Edward Thorndike, Michael West¸ Algernon Coleman, C.K Ogden, dan Leonard Bloomfield.
Periode III (Perang Dunia II-1970) Perkembangan Linguistik dan psikologi merasuk pengaruhnya ke pengajaran bahasa sehingga berkembanglah teknologi baru metode audio lingual dan laboratorium bahasa yang di mafaatkan dalam metode ini. Tokoh-tokoh yang tampil antaralain; Charles C. Fries, Leonard Bloomfield, Bernard Bloch, Gorge L. Tragger, Robert Lado dan Wilga Rivers. Periode IV (1970-1980an) dari Penghitungan secara rata-rata menunjukkan bahwa keampuhan metobe yang diadu tidak memperlihatkan perbedaan yang berarti, oleh sebab itu, perhatian orang tua pada masa ini tidak lagi pada metode melainkan pada bahan ajar, kurikulum dan silabus.tokoh pada masa ini yaitu: Jan Van Ek, David A.Wilkins dan Henry G. Widdowson.
2. Perkembangan Bahasa Versi Larsen-Freeman
Larsen-Freeman meringkas perkembangan penganjaran bahasa dari tahun 1950an-1990an. Bahasa tidak di pandang sebagai manifestasi dar perilaku manusia, tetapi sebagai system yang dikuasai oleh kaidah. Pengajaran bahasa tidak lagi merupakan proses yang berpusat pada bahasa tetapi pada siswa, dengan limpahan perhatian afektif dan emosional mereka. Pada decade ini menampilkan cara barumemandang bahasa: bahasa terdiri dari teks-teks dan tidak di ajarkan dalam wujud keping-keping, melainkan dalam wujud yang utuh sehingga siswa memperoleh pengalaman pribadi .
Hal lain yang muncul pada masa ini dilandasi oleh kesadaran bahwa siswa adalah makhluk sosial, sebagai makhluk sosial siswa belajar melalui kegiatan beriteraksi dengan siswa lain. Dan juga muncul kesadaran bahwa iswa memililki strategi belajar yang berbeda-beda sehingga sapat mengembangkan kemandirian sebagai pelejar.
{ 0 comments... read them below or add one }
Post a Comment